Minggu, 26 Januari 2014

TARUCING GARING NÉBÉNG ÉKSIS KA GANIATI DI UNPAD DIPATI UKUR

TARUCING GARING NÉBÉNG ÉKSIS KA GANIATI DI UNPAD DIPATI UKUR
Unpad DU, 25 Januari 2014



Berawal dari undangan salah satu panitia bernama Riva* pada Senin (20/1/14) kepada beberapa orang admin Tarucing Garing*; saya (Andi), Falah, Utom, Mang Utis, Mukodas, dan Fazrin untuk datang ke acara Kampung Tatar Padjadjaran #4 (KTP). Kalau ga salah menafsirkan, néng Riva téh ngasih peluang ke Tarucing Garing untuk jadi salah satu pengisi acara tersebut. Tapi singkat cerita kami tolak (karena ga siap).

Sabtu sore saya, Utom, Falah dan fajrin meluncur ke Unpad DU. Datang ke sana disambut Riva. Tanpa konsep dan rencana apapun kami datang ke sana sebagi penonton, dan Riva memberitahu bahwa dia jaga wilayah stand komunitas di bagian kanan panggung. Dan memberitahu salah satu komunitas yang ada di sana adalah Ganiati*. Di sana Ganiati diwakili oléh lima orang pemudi, di anataranya Luzie Ganiati, Leni, dan tiga orang lagi yang saya ga tau namanya. Mereka tampil garing sekali (tapi sepertinya mereka gagal karena masih ada yang menganggapp mereka lucu, haha. Heureuy ketang).

Beberapa lama seberes mereka beraksi, kami ngobrol-ngobrol di pojok parkiran, dan akhirnya pindah ke stand Ganiati dan Mirror Castle. Dan akhirnya kepikiran untuk ngegaring juga di sana. Atas kebaikan tétéh Luzie Ganiati Lestari, saya dan Fajrin bisa nébéng éksis ke Ganiati (yang sebenernya cuma téh Luzie sendiri, yang berempat udah pulang). Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah jalan-jalan, duduk-duduk, dan menari. tapi sayang sekali Utom sebagai founder grup tidak ikut tampil.
Terima kasih téh Luzie Ganiati Lestari. Salam hangat duduluran dari komunitas Tarucing Garing untuk Ganiati.
téh Luzie Ganiati Lestari, Terima naon anu kasih?
Jawabanna: terima kasih

*Ganiati: Garing Mania Sampai Mati
*Riva : panitia acara Kampung Tatar Padjadjaran #4 (KTP).
*Tarucing Garing: singkatan dari Tarucing Garing K3 a.k.a Grup Tatarucingan Bodor Garing.

Selasa, 21 Januari 2014

surat dari kekasih yang kebingungan

surat dari kekasih yang kebingungan.

sayang, aku kebingungan. aku dihadapkan pada dua pilihan, bertahan dalam kepastian hari ini, atau melangkah untuk melepas kepastian dan menyambut ketidakpastian esok hari.

sayang, aku ingin meminjam pundak mu, dada mu, tubuh mu. aku butuh sandaran, aku ingin menangis, aku tak kuat bertahan sendiri.

sayang, aku ingin kamu. aku butuh seseorang yang menemaniku bertahan. menemaniku berjuang. menemaniku.

aku harap kau mengerti, sayang, dan jika tidak mengerti, berpura-puralah mengerti. aku tahu itu sulit untuk mu. tapi aku mengharapkannya.

sayang, temani aku.
kekasihmu.

Senin, 20 Januari 2014

ALAT KOMUNIKASI DAN KESABARAN

alat komunikasi dan kesabaran

terngiang selalu kata-kata dari seorang (ibu) guru saya dulu, sewaktu di sekolah, entah smp atau sma, entahlah, sudah lebih dari tujuh tahun yang lalu.

beliau berkata tentang perubahan karakter orang pasca munculnya berbagai alat komunikasi. karakter yang berubah itu adalah tingkat kesabaran.

ya, sewaktu alat komunikasi yang diandalkan masyarakat adalah surat, orang-orang akan sabar menunggu surat yang dikirimkan, surat berpindah tempat dalam waktu berhari-hari. lalu sampai di tempat tujuan. dibaca. ada kemungkinan tidak dibalas. kalau pun dibalas, akan memakan waktu berhari-hari lagi untuk perjalanan sang surat hingga sampai kepada si pengirim pertama. dan dalam perjalanan surat dari tiap-tiap pengirim hingga sampainya di tujuan, haruslah ditebus oleh segudang kesabaran.
ya, itu dulu. bahkan saya pun hanya tau dari cerita ibu guru saja.

beralihlah ke era telepon. saya mendengar cerita dari paman saya, dia menjalani masa-masa ABG di awal tahun 90an di Bandung. dia bercerita tentang perjuangan agar bisa menelpon kekasihnya. untuk bisa menelpon, dia harus mengantri di sebuah wartel (warung telepon atau warung telkom, ah, entahlah). selain menceritakan mengantri di wartel, dia menceritakan jenis-jenis telepon umum; ada yang disimpan di warung-warung (bentuknya persegi atau trapesium, dengan lubang koin di bagian atasnya), ada yang menempel di dinding toko atau di suatu tempat husus di pinggir jalan (ada yang menggunakan pecahan uang koin seratus-seribu rupiah dan ada yang menggunakan kartu). saya sendiri pernah melihat telepon-telepon umum itu, tapi tidak (pernah) menggunakannya, karena mungkin saat itu saya belum memiliki tujuan menelepon seseorang.
tentang wartel pun masih berhubungan dengan mengantri, mengantri butuh kesabaran. sabar.

dan masuk lah ke jaman hape. di daerah rumah saya, pengguna hape pertama adalah seorang bapak bernama pa Isak. dia menggunakan hape berbentuk trapesium dengan kartu sim sebesar kartu atm yang dimasukan dari bagian bawah-belakang hape (kalau saya jalan-jalan ke pasar loak, hape pa Isak mirip hape motorola). saya ingat waktu smp (tahun 2000an), ada beberapa teman menggunakan hape, anak-anak keren tentunya (ya di antara sekian banyak siswa tanpa hape, mereka 'borju' sekali. haha) dengan harga sms Rp.350,- per sms saat itu.
Rp.350,- untuk mengirim tulisan dan bisa disebut saat itu juga sudah diterima oleh orang yang dituju terhitung sangat murah.
posisi perangko surat terkalahkan.
durasi menunggu menjadi lebih singkat, dari berhari-hari (menunggu surat sampai tujuan dan mendapat balasan), menjadi hitungan menit (menunggu laporan sms terkirim).

dan era berbagai macam alat komunikasi, aplikasi berkirim pesan, dsb menjadikan komunikasi lebih cepat dan lebih murah. dan ditambah lagi dengan adanya fitur semacam 'ping!' pada bbm atau 'buzz' pada yahoo messenger, yang dengan kata lain 'woy, cepet bales!' . dan kesabaran seseorang pun mulai berkurang, karena pola komunikasi semakin cepat dan toleransi untuk suatu keterlambatan yang berkurang.

apa yang dipikirkan si ibu guru saat itu? saat belum ada bbm, whatsapp, chating facebook, email, atau apapun yang memiliki kemampuan menyampaikan pesan dengan cepat. tapi beliau sudah mempunyai pandangan yang cukup jeli tentang karakter 'sabar' seseorang. mantap.

Jumat, 17 Januari 2014

TARUCING GARING KATIGA

TARUCING GARING KATIGA

tarucing garing katiga a.k.a tatarucingan K3 a.k.a grup tatarucingan bobodoran garing.

tarucing garing adalah sebuah grup di facebook bergerak dalam kreasi tatarucingan.
apa itu tatarucingan? orang Sunda mah sudah tidak akan 'bireuk' lagi dengn kata tatarucingan. Tatarucingan adalah tebak-tebakan, tidak lebih-tidak kurang. tebak-tebakan. dan karena tatarucingan adalah istilah dari Bahasa Sunda, maka bahasa yang dipakai pun didominasi oleh bahasa Sunda.

dalam prakteknya dilakukan oleh dua orang atau lebih. ada yang bertanya dan ada yang menjawab. benar-tidaknya jawaban tidak berdasarkan kenyataan, tapi lebih kepada kreatifitas berfikir.

sebagai contoh: cai naon nu bisa didahar? (ind: cai/air apa yang bisa dimakan?)
jawabannya adalah cai barengkok (cibarengkok). kenapa seperti ini? ya ini karena garing. haha.
penjelasannya cukup panjang, dan tidak lucu. tapi tidak apa-apa, karena fitrah tarucing garing adalah bukan melucu.

cai naon nu bisa didahar? (ind: cai/air apa yang bisa dimakan?)
jawabannya adalah cai barengkok (cibarengkok)
cibarengkok adalah nama daerah di daerah Sukajadi Bandung. dan kebetulan di dekat UPI, ada ayam goreng crispy cabang cibarengkok. ya jadilah jawaban tatarucingannya adalah cibarengkok.

Tarucing garing sedikit berbeda dari bentuk-bentuk tatarucingan yang pernah ada di dalam humor Sunda sebelumnya.
tapi ga apa-apa lah, yang penting 'kerung dulu-tuluy seuri'.

pendiri/penemu tarucing garing adalah laki-laki yang terkenal dengan nama Utom. padahal nama aslina Aep.

pada hari Kamis, tanggal 16 Januari 2014, pukul setengah-24 malam, tarucing garing diakui sebagai Komunitas oleh lebih dari setengah admin dan ditambah dua aktivis tarucing dan satu orang sastrawan Sunda.

alamat tarucing garing katiga:
fb: https://www.facebook.com/groups/tatarucingank3/

twitter: @tarucinggaring